Follow Us

Ilustrasi anak kecil duduk sendirian di pojok kamar, dengan ekspresi sedih, sementara ibunya duduk di sebelahnya dengan tangan menepuk pelan punggung anak

Bayangkan kamu sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mungkin sambil menyiapkan makan siang atau menelepon kerabat. Tiba-tiba, dari kamar, terdengar suara tangisan anak. Kamu berlari ke sana, mengira dia jatuh atau terluka. Tapi ternyata, tidak ada luka sama sekali. Dia hanya menangis, entah karena mainan yang tidak bisa disusun dengan benar, atau karena film kartun yang berakhir sedih.

Atau, bayangkan saat kamu sedang santai di akhir pekan, anak tiba-tiba meledak-ledak tanpa alasan yang jelas. Mainan yang biasa dia sukai sekarang dilempar. Kamu yang sebelumnya tenang, kini ikut emosi. Dan yang terjadi selanjutnya? Kamu dan anak saling berteriak.

Reaksi pertama yang muncul di kepala kita mungkin: “Ini anak lagi drama banget sih.” Tapi, pernah kepikiran nggak, kalau di balik amukan atau tangisan itu, sebenarnya ada sesuatu yang lebih dalam?

💡 Kenapa Anak Bisa Sering Marah dan Nangis?

Anak-anak itu belum punya alat bantu emosi yang cukup kuat. Mereka belum tahu cara mengungkapkan perasaan mereka dengan baik. Jadi, saat mereka marah, frustrasi, atau cemas, cara satu-satunya adalah lewat amukan atau tangisan.

Tapi, kalau ini terjadi terus-menerus dan intensitasnya tinggi, bisa jadi ini bukan cuma “sok drama”. Bisa jadi ini tanda bahwa anak sedang mengalami gangguan emosional atau stres.

🧠 Apa Itu Gangguan Emosional pada Anak?

Gangguan emosional adalah kondisi di mana anak mengalami perubahan suasana hati yang tidak stabil, sering merasa cemas, takut, atau sedih tanpa alasan yang jelas. Mereka juga bisa menunjukkan perilaku yang sulit dikontrol, seperti marah-marah atau menarik diri.

Beberapa ciri umumnya:

  • Sering menangis sendiri tanpa alasan yang jelas
  • Mudah marah atau gelisah bahkan untuk hal-hal kecil
  • Kesulitan tidur atau sering mimpi buruk
  • Menarik diri dari aktivitas sosial yang biasa dia sukai
  • Perubahan nafsu makan yang signifikan
  • Sulit berkonsentrasi pada kegiatan sehari-hari
  • Sering mengeluh sakit meski tidak ada gejala fisik
Artikel terkait:  Kenapa Anak Pendiam Bisa Jadi yang Paling Butuh Perhatian?

👩‍👧 Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

1. Jangan Langsung Menyalahkan Anak

Saat anak menangis atau marah, refleks kita adalah menenangkan dengan cara yang biasa kita lakukan. Tapi, kalau cara itu tidak berhasil, jangan langsung mengatakan anak “lebay” atau “drama”. Ini bisa membuat anak merasa tidak dipahami dan semakin tertekan.

2. Coba Ajak Ngobrol dengan Lembut

Setelah emosi anak mereda, cobalah ajak dia ngobrol dengan nada yang lembut dan tidak menuduh. Gunakan pertanyaan terbuka seperti:

  • “Kamu merasa sedih kenapa tadi?”
  • “Apa yang membuat kamu kesal dengan mainan itu?”
  • “Mama lihat kamu menangis, mama ingin tahu apa yang terjadi.”

3. Perhatikan Pola Perilaku

Catat kapan dan dalam situasi apa anak sering marah atau menangis. Apakah saat:

  • Harus berpisah dengan orang tua?
  • Ada perubahan rutinitas harian?
  • Di tempat umum seperti supermarket atau taman bermain?
  • Saat akan tidur atau bangun tidur?

Ini bisa membantu mengenali pemicu emosional anak.

4. Ciptakan Lingkungan yang Aman

Anak harus merasa bahwa rumah adalah tempat ia bisa mengekspresikan perasaan tanpa takut dihakimi. Tunjukkan bahwa kamu menerima semua perasaannya, bahkan yang negatif sekalipun.

Katakan hal-hal seperti:

  • “Mama tahu kamu sedih, itu wajar.”
  • “Kamu boleh marah, tapi kita cari cara yang baik untuk mengekspresikannya ya.”

5. Jika Perlu, Konsultasi ke Ahli

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika kamu merasa:

  • Perilaku anak semakin memburuk
  • Gangguan emosional mulai mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Kamu merasa kewalahan menghadapi situasi ini

Psikolog anak atau terapis bermain bisa membantu anak mengekspresikan perasaannya dengan cara yang lebih sehat.

🧘‍♀️ Tips Sederhana untuk Menenangkan Anak

Gunakan Teknik Napas Bersama

Ajak anak menarik napas dalam-dalam melalui hidung, tahan sebentar, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Lakukan ini bersama-sama beberapa kali.

Artikel terkait:  Tanda Anak Mengalami Stres yang Sering Terlewat Orang Tua

Beri Pelukan

Sentuhan fisik yang hangat bisa membuat anak merasa aman. Peluk anak dengan lembut sambil mengatakan, “Mama di sini, kamu aman.”

Gunakan Cerita

Baca buku cerita yang membahas emosi, lalu ajak anak berdiskusi. Tanyakan:

  • “Kamu mirip dengan karakter ini nggak?”
  • “Kalau kamu dia, kamu akan ngapain?”

Buat Rutinitas Harian yang Stabil

Anak butuh kepastian. Rutinitas yang konsisten bisa membuat mereka merasa aman dan terhindar dari kecemasan yang memicu amukan.

Ajarkan Kata-Kata untuk Emosi

Latih anak untuk mengungkapkan perasaan dengan kata-kata:

  • “Aku kesal karena…”
  • “Aku sedih karena…”
  • “Aku butuh pelukan sekarang.”

📌 Kesimpulan

Anak yang sering marah atau menangis bukan berarti “susah”. Mereka hanya belum tahu cara menyampaikan apa yang mereka rasakan. Dengan kesabaran, empati, dan dukungan yang tepat, kita bisa membantu mereka tumbuh lebih sehat secara mental.

Ingat, tidak ada anak yang “buruk”. Ada alasan di balik setiap perilaku mereka. Tugas kita sebagai orang tua adalah menjadi detektif emosi yang baik, bukan hakim yang cepat menghukum.

Kalau kamu ingin baca tips-tips serupa, follow Instagram kami di @khadekids ya! Tempatnya ngobrol ringan soal anak dan kesehatan mental yang sering terlewat.

Author

  • Larasati Widya

    Larasati Widya adalah seorang penulis yang fokus pada isu kesehatan mental, khususnya untuk anak-anak dan ibu. Ia memiliki kepekaan emosional tinggi dan mampu menyampaikan informasi dengan cara yang mudah dicerna, hangat, dan menyentuh hati. Larasati percaya bahwa kesehatan mental bukan topik yang harus dihindari, melainkan dibicarakan secara terbuka dan jujur.

Artikel Terkait

No Comments

Leave a Comment

x