Follow Us

Ilustrasi ibu dan anak sedang bertengkar, keduanya tampak marah dengan wajah merah dan ekspresi kesal

Pernah merasakan ini? Anak tiba-tiba marah karena mainan direbut adiknya. Tangisan dan teriakan memekakkan telinga. Darah naik ke kepala. Jantung berdebar kencang. Dan yang terjadi selanjutnya?

Kamu ikut marah.

“Berhenti menangis! Sudah dikasih mainan lain kenapa masih marah juga!”
“Kamu ini anak yang nggak pernah puas ya!”
“Kalau masih teriak, kamu dikirim ke kamar saja!”

Nah, bayangin kalau setiap kali anak marah, kamu malah ikut marah juga. Apa yang terjadi dengan hubungan kalian?

Anak yang tadinya cuma marah karena mainan, sekarang jadi marah gara-gara kamu. Emosi mereka makin memuncak. Teriakan makin keras. Dan yang terjadi? Perang dingin yang nggak ada habisnya.

Kenapa Orang Tua Juga Jadi Marah?

Sebelum kita bahas solusinya, penting untuk memahami kenapa kita sebagai orang tua juga bisa ikut marah:

1. Emosi Menular

Emosi itu menular, terutama dalam hubungan yang dekat. Ketika anak marah, secara alami kita juga merasakan ketegangan itu.

2. Stres Menumpuk

Kalau seharian kita sudah stres dengan kerjaan, urusan rumah, dan berbagai hal lain, emosi anak bisa jadi pemicu ledakan.

3. Ekspektasi yang Tinggi

Kita berharap anak bisa mengontrol emosi dengan baik. Ketika mereka nggak bisa, kita jadi kecewa dan marah.

4. Trauma Masa Kecil

Kalau dulu kita sering diteriaki ketika marah, secara otomatis kita akan melakukan hal yang sama ketika anak marah.

Dampak Buruk Ketika Orang Tua Ikut Marah

1. Anak Jadi Takut Mengungkapkan Emosi

Anak belajar bahwa marah itu hal yang buruk. Mereka mulai menahan emosi, yang bisa berujung pada masalah mental di masa depan.

2. Hubungan Jadi Tegang

Setiap kali anak butuh bantuan mengelola emosi, mereka justru mendapat bentakan. Lama-lama, mereka nggak akan mau curhat lagi.

Artikel terkait:  Tahukah kamu? Anak yang jarang diajak ngobrol bisa jadi pendiam seumur hidup

3. Anak Belajar Cara Marah yang Salah

Kalau kita marah dengan cara teriak, anak akan belajar bahwa teriak adalah cara yang benar untuk mengungkapkan kemarahan.

4. Kepercayaan Diri Anak Tergerus

Anak merasa bahwa mereka nggak bisa mengontrol diri dengan baik, sehingga harga diri mereka menurun.

Cara Menghadapi Anak yang Marah Tanpa Ikut Marah

1. Tarik Napas Dalam-dalam

Ketika merasa emosi naik, hentikan sejenak. Tarik napas dalam-dalam tiga kali. Ini akan membantu menenangkan sistem saraf.

2. Ingatkan Diri: “Ini Tantangan, Bukan Ancaman”

Anak yang marah bukan musuh. Mereka sedang belajar mengelola emosi. Ini kesempatan untuk membimbing, bukan bertarung.

3. Turun ke Level yang Sama

Jangan berdiri di atas anak sambil marah. Duduklah di level yang sama. Ini akan membuat anak merasa dihargai.

4. Validasi Perasaan Anak

“Kamu marah ya karena mainanmu diambil?”
“Aku ngerti kamu kesal banget.”
“Marah itu wajar, tapi kita cari cara yang lebih baik untuk ngungkapinnya.”

5. Beri Waktu untuk Tenang

Kadang anak butuh waktu untuk menenangkan diri. Jangan buru-buru memaksanya berhenti marah. Beri ruang.

Teknik Spesifik untuk Situasi Nyata

Saat Anak Marah di Tempat Umum

Anak: “Aku pengen mainan itu! Kenapa nggak beliin!” (sambil teriak di supermarket)

Yang Bisa Kamu Lakukan:

  • Pegang tangan anak dengan lembut
  • “Kamu pengen mainan itu ya? Aku lihat kamu sangat tertarik”
  • “Tapi hari ini kita nggak beli mainan baru. Besok kita bisa lihat lagi”
  • Ajak ke tempat yang lebih tenang

Saat Anak Marah karena Aturan

Anak: “Kenapa aku nggak boleh main gadget lagi! Ini nggak adil!” (sambil melempar bantal)

Yang Bisa Kamu Lakukan:

  • “Aku lihat kamu kesal karena harus berhenti main gadget”
  • “Aturan ini ada supaya mata kamu nggak sakit dan kamu punya waktu untuk hal lain”
  • “Kalau kamu melempar bantal, kamu harus tenangkan dulu di kamar”
Artikel terkait:  Tahukah kamu? Anak yang jarang diajak ngobrol bisa jadi pendiam seumur hidup

Saat Anak Marah pada Adik/Saudara

Anak: “Adikku selalu ambil mainanku! Aku benci dia!” (sambil menangis tersedu-sedu)

Yang Bisa Kamu Lakukan:

  • Duduk di samping anak
  • “Kamu sedih ya karena mainanmu diambil adik”
  • “Aku ngerti kamu kesal. Tapi bilang ‘aku benci kamu’ itu bisa bikin adik kamu sedih juga”
  • “Kita cari cara yang lebih baik untuk ngasih tahu adik kamu”

Kalimat Ajaib yang Bisa Mengubah Suasana

Ganti kalimat-kalimat yang memicu kemarahan dengan kalimat yang menenangkan:

❌ “Berhenti menangis!”
✅ “Aku lihat kamu sedang sangat sedih”

❌ “Kamu ini anak yang nggak pernah puas!”
✅ “Aku ngerti kamu sangat menginginkan itu”

❌ “Kalau masih teriak, kamu dikirim ke kamar!”
✅ “Kamu bisa tenang dulu di kamar, aku di sini menunggu kamu”

❌ “Kamu nggak boleh marah!”
✅ “Marah itu wajar, tapi kita bisa ngungkapin dengan cara yang lebih baik”

Membangun Kebiasaan Mengelola Emosi

1. Rutinitas Tenang

Buat rutinitas harian yang menenangkan seperti membaca bersama, meditasi sederhana, atau bermain musik.

2. Alat Bantu Emosi

Gunakan kartu emosi atau buku gambar yang menunjukkan berbagai perasaan. Ajak anak mengenal dan mengekspresikan emosi mereka.

3. Role Play

Bermain peran situasi yang bisa memicu kemarahan. Tunjukkan cara menghadapinya dengan baik.

4. Pujian untuk Pengendalian Diri

Ketika anak berhasil mengelola emosi dengan baik, beri pujian spesifik:

  • “Aku bangga kamu bisa tenang meski tadi marah”
  • “Cara kamu ngomong tadi sangat dewasa”

Kapan Harus Khawatir?

Kalau anak sering marah tanpa alasan yang jelas, atau kemarahan mereka sangat intens dan sulit dikendalikan, mungkin perlu konsultasi dengan ahli. Tanda-tanda yang perlu diwaspadai:

  • Kemarahan yang muncul tiba-tiba dan sangat intens
  • Anak menyakiti diri sendiri atau orang lain saat marah
  • Kemarahan mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Anak kesulitan tenang bahkan setelah waktu yang lama
Artikel terkait:  Tahukah kamu? Anak yang jarang diajak ngobrol bisa jadi pendiam seumur hidup

Kesimpulan

Bayangin kalau setiap kali anak marah, kamu malah ikut marah juga. Hubungan kalian bisa jadi kacau, anak bisa kehilangan kepercayaan diri, dan mereka belajar cara mengelola emosi yang salah.

Tapi bayangin juga kalau kamu bisa tetap tenang saat anak marah. Kamu jadi tempat yang aman bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan. Kamu jadi guru yang baik dalam mengelola emosi. Dan anak kamu tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengontrol diri dengan baik.

Perubahan dimulai dari diri kita sebagai orang tua. Ketika kita bisa mengelola emosi sendiri, kita memberikan contoh yang luar biasa bagi anak.

Jadi, besok kalau anak kamu marah lagi, ingatlah bahwa ini bukan pertarungan. Ini kesempatan untuk membimbing mereka menjadi pribadi yang lebih baik dalam menghadapi emosi.


Ingin tips lebih banyak tentang mengelola emosi anak? Follow instagram.com/khadekids sekarang juga!

Author

  • Nia Pratiwi adalah seorang penulis dan konselor spesialis pengasuhan anak yang telah berkecimpung di dunia psikologi anak selama lebih dari 10 tahun. Nia memahami betapa pentingnya komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak. Sebagai ibu dari dua anak, Nia memahami tantangan sehari-hari dalam mendidik anak dengan penuh kasih sayang namun tetap konsisten. Pengalamannya dalam menangani berbagai kasus perilaku anak, masalah emosional, hingga dinamika keluarga membuat ia mampu menyajikan tips-tips praktis yang mudah diterapkan oleh para orang tua.

Artikel Terkait

No Comments

Leave a Comment

x