Di sebuah taman bermain, ada dua anak. Yang satu riuh dengan teman-temannya, berlarian, tertawa keras, dan menarik perhatian semua orang. Yang lain duduk sendirian di bangku, memperhatikan dari kejauhan, sesekali tersenyum tipis, tapi tidak pernah ikut bergabung.
Orang tua anak yang pendiam seringkali merasa lega. “Syukurlah anak saya nggak ribet,” pikir mereka. “Paling tidak merepotkan.” Tapi, pernah kepikiran nggak, kalau di balik sikap pendiam itu, sebenarnya ada dunia perasaan yang sangat dalam?
Anak pendiam sering kali dianggap “aman” atau “mudah diurus”. Tapi kenyataannya, mereka bisa jadi yang paling butuh perhatian emosional dari orang tua. Kenapa? Karena mereka tidak menunjukkan masalah mereka dengan cara yang mudah dilihat.
Anak pendiam bukan berarti anak yang bermasalah. Ada perbedaan antara:
Yang perlu diperhatikan adalah perubahan perilaku. Kalau anak yang biasanya cerewet tiba-tiba jadi pendiam, atau anak yang memang pendiam tapi perilakunya semakin menarik diri, itu bisa jadi tanda bahaya.
Anak yang ribut atau rewel biasanya langsung menunjukkan ketidaknyamanan mereka. Tapi anak pendiam? Mereka menahan semuanya. Sakit hati, cemas, takut, atau sedih mereka simpan dalam hati.
Ini seperti taman bermain yang terlihat tenang dari luar, tapi di dalamnya sedang terjadi badai.
Karena tidak membuat onar, anak pendiam sering diabaikan dalam pembagian perhatian keluarga. Orang tua lebih fokus pada anak yang “bermasalah”, sementara anak yang pendiam dianggap “aman”.
Padahal, mereka bisa jadi yang paling kesepian.
Anak pendiam sering kali memiliki imajinasi dan pemikiran yang sangat kaya. Tapi tanpa saluran yang tepat, dunia emosi ini bisa menjadi tempat yang membingungkan dan menakutkan bagi mereka.
Tidak semua anak pendiam tahu cara menyampaikan apa yang mereka rasakan. Mereka bisa merasa kesepian, cemas, atau takut, tapi tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.
Anak pendiam butuh waktu dan ruang untuk membuka hati. Jangan memaksa mereka berbicara. Alih-alih bertanya “Ada apa?”, coba katakan “Mama di sini kalau kamu butuh.”
Bermain, menggambar, atau memasak bersama bisa menjadi cara anak mengekspresikan perasaan mereka tanpa harus berbicara langsung.
Anak pendiam sering menyampaikan perasaan melalui bahasa tubuh:
Katakan hal-hal seperti:
Perhatikan jika anak pendiam menunjukkan tanda:
Ini saatnya mencari bantuan profesional dari psikolog anak.
Setiap pagi, beri pelukan hangat dan katakan “Mama sayang kamu, apapun yang terjadi hari ini.”
Sebelum tidur, ajak anak berbagi satu hal yang mereka sukai hari itu, meski hal kecil.
Luangkan waktu 15 menit setiap hari untuk aktivitas yang anak sukai, tanpa harus “mendidik” atau “melatih”.
Perhatikan perilaku anak tanpa langsung menilai. Kadang mereka hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri.
Anak pendiam bukan berarti “aman” atau “tidak bermasalah”. Mereka bisa jadi yang paling butuh perhatian emosional, hanya saja mereka tidak menunjukkannya dengan cara yang mudah dilihat.
Sebagai orang tua, tugas kita adalah menjadi detektif emosi yang peka. Kita harus bisa membaca tanda-tanda kecil yang sering terlewat, dan memberikan perhatian yang mereka butuhkan sebelum masalah menjadi lebih besar.
Ingat, anak yang pendiam bukan anak yang tidak butuh kasih sayang. Mereka hanya butuh cara yang berbeda untuk menerimanya.
Kalau kamu ingin baca tips-tips serupa, follow Instagram kami di @khadekids ya! Tempatnya ngobrol ringan soal anak dan kesehatan mental yang sering terlewat.
Leave a Comment