Pernah nggak sih, saat kamu sedang dikelilingi teman-teman yang asyik ngobrol dan ketawa bareng, tapi tiba-tiba ada perasaan aneh yang muncul? Perasaan kayak ada yang kurang. Kayak kamu nggak bener-bener “masuk” ke dalam lingkaran itu, meskipun kamu ada di tengah-tengah mereka.
Perasaan itu namanya kesepian. Bukan kesepian karena nggak punya teman, tapi kesepian karena merasa nggak ada yang benar-benar mengerti kamu. Dan itu… wajar banget terjadi, kok.
Kita sering dikondisikan untuk percaya bahwa punya banyak teman sama dengan bahagia. Semakin banyak teman, semakin banyak pilihan buat diajak ngobrol, jalan-jalan, atau curhat. Tapi kenyataannya, jumlah teman nggak selalu sebanding dengan kualitas hubungan.
Bayangkan kamu punya 50 teman di media sosial, tapi cuma 2 atau 3 yang bener-bener bisa kamu andalkan saat butuh tempat curhat. Nah, di situlah letak masalahnya. Kamu bisa dikelilingi banyak orang, tapi tetap merasa sendiri.
Ada beberapa alasan kenapa kamu bisa merasa kesepian meski punya banyak teman:
Banyak pertemanan terjadi karena faktor eksternal—kerja, kampus, lingkungan sekitar. Tapi nggak semua dari mereka bisa jadi teman sejati. Mereka bisa jadi teman ngobrol yang asyik, tapi belum tentu bisa diajak berbagi masalah pribadi.
Kadang kamu sendiri yang menutup diri. Takut kalau terbuka justru malah dihakimi atau nggak dipahami. Jadi, kamu memilih untuk tetap di zona nyaman, meskipun itu berarti harus pura-pura baik-baik saja.
Kamu mungkin punya ekspektasi tinggi terhadap pertemanan—harus saling mengerti tanpa perlu banyak bicara, harus bisa baca pikiran, dan sebagainya. Tapi kenyataannya, pertemanan butuh komunikasi dan usaha dari kedua belah pihak.
Media sosial bikin kita mudah membandingkan hidup dengan orang lain. Termasuk pertemanannya. Kamu bisa lihat teman punya hubungan yang super dekat, dan itu bikin kamu merasa “kenapa aku nggak punya teman kayak gitu?”
Kalau kamu sering merasa:
Mungkin saatnya kamu mulai memilah-milah pertemananmu. Bukan soal menjauh, tapi soal menemukan koneksi yang lebih dalam.
Nggak ada aturan yang bilang kamu harus memilih salah satu. Tapi, kamu bisa mulai dengan:
Ada teman ngobrol, teman kegiatan, teman curhat, dan teman sejati. Semuanya punya perannya. Tapi kamu perlu tahu siapa yang bisa kamu andalkan saat benar-benar butuh.
Nggak perlu langsung cerita semuanya. Mulailah dengan hal-hal kecil. Bagikan pemikiranmu, rasakan apakah temanmu benar-benar mendengarkan atau cuma merespons secara formal.
Kadang, teman baru justru lebih bisa mengerti kamu daripada teman lama. Jangan takut untuk menjalin hubungan yang lebih bermakna dengan orang-orang baru.
Nggak semua teman harus mengerti kamu 100%. Yang penting, mereka menghargai kamu apa adanya dan memberimu ruang untuk menjadi diri sendiri.
Yang penting untuk diingat: merasa kesepian di tengah kerumunan bukan berarti kamu bermasalah. Itu cuma tanda kalau kamu manusia normal yang butuh koneksi yang bermakna.
Dan yang lebih penting lagi, kamu nggak sendiri. Banyak orang yang merasakan hal yang sama. Bedanya, mereka mungkin lebih pandai menyembunyikan perasaan itu.
Jadi, kalau kamu lagi merasa kayak gitu, jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri. Coba lihat lagi hubungan pertemananmu. Mana yang bisa kamu kembangkan lebih dalam, dan mana yang mungkin perlu kamu batasi.
Karena pada akhirnya, bukan jumlah teman yang bikin kamu bahagia, tapi kualitas hubungan yang bikin kamu merasa diterima apa adanya.
Leave a Comment